Senin, 19 Oktober 2009

budaya Indonesia diklaim malaysia

banyak produk budaya dan kesenian negeri ini yang diklaim oleh negara Malaysia. Sebut saja Reog Ponorogo, kain batik, angklung, rendang, Rasa Sayange, hingga terakhir, Tari Pendet yang jelas-jelas milik rakyat Bali. Untungnya baru saja Norman Abdul Halim, produser film dokumenter Malaysia, meminta maaf atas klaim batik dan tari pendet serta menghentikan iklan Enigmatic Malaysia di Discovery Chanel.

menurut saya dalam hal ini tidak ada yang dapat disalahkan, karena peristiwa ini terjadi akibat kesalahan kedua belah pihak. dari pihak malaysia kesalahannya adalah mengambil kebudayaan yang bukan miliknya sendiri. sedangkan dari pihak Indonesia kesalahannya yaitu tidak melestarikan budaya yang telah dimilikinya.

Pemerintah sudah tentu harus bertindak cepat, tegas, namun juga smart. Berbagai produk kesenian dan budaya kita musti didata dan didaftarkan hak miliknya agar tak perlu lagi kecolongan di kemudian hari. Kedua, kita juga tidak boleh kalah dalam memasarkan Indonesia di luar negeri. Harapannya, tentu saja agar orang asing lebih “nyantol” dengan tarian, masakan, maupun produk budaya kita lainnya. Kalau tarian ini, atau kesenian itu, sudah dikenal orang asing, maka sulit bagi bangsa lain untuk mengklaim budaya tersebut sebagai miliknya. Pemerintah juga tidak boleh merasa inferior, karena sesungguhnya bukan kita yang membutuhkan bangsa lain melainkan bangsa lain yang membutuhkan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar